Feature pada dasarnya adalah cerita berdasar fakta. Laiknya cerita, ada tokoh, alur, konflik, dan ending yang berkesan. Ibarat bercerita pada kawan, perlu detail yang menjelaskan dan sesuai konteks.
Dalam menyajikan informasi, feature merupakan pendekatan yang lebih berkesan dibanding berita keras (hard news) atau opini.
- Tulislah feature layaknya kau bercerita. Ceritakan secara teratur, lancar, lucu, dan berkesan.
- Pilihlah angle/sudut pandang yang menarik.
- Berilah konteks agar pembaca tahu kenapa feature itu penting atau relevan dengan masyarakat luas. Jika tak ada konteks, pastikan ada tautan berita terkait isu terkini dari feature itu.
- Bukalah dengan lead (dua atau tiga kalimat pertama pembuka tulisan) yang sesuai. Bisa kaubuka dengan anekdot, ungkapan, atau reportase tentang tokoh tulisan.
- Ibarat ternak, pagari ceritamu, supaya tulisan tak lari ke mana-mana dan terlalu banyak informasi atau pembahasan di dalamnya.
- Berpeganglah pada fokus tulisan, agar tak tenggelam dalam narasi.
- Pilihlah alur yang sesuai.
- Pakailah kutipan yang ringkas tapi mengena.
- Pakailah tesaurus dan kamus untuk memperkaya dan memilih kata yang presisi.
- Padukan antara narasi dan kutipan. Jangan biarkan salah satunya mendominasi.
- Pakailah kalimat yang ringkas dan sederhana agar mudah dipahami dan tidak disalahartikan pembaca. Jangan memakai banyak anak kalimat karena bisa menyesatkan mereka. Lebih baik memenggal kalimat-kalimat panjang yang membuat pembaca “ngos-ngosan”.
- Terapkan prinsip pertunjukan: show, don’t tell. Biarkan pembaca menerjemahkan atau menilai sendiri rasa “senang”, “sedih”, atau “cantik”, “buruk”. Penulis tidak perlu mencekoki pembaca dengan menggunakan kata sifat, subjektif, atau abstrak.
- Jika ada bahan yang bagus tapi sayang dibuang, buatlah boks (tulisan lain sebagai penunjang tulisan utama) tersendiri.
- Buatlah penutup yang menggema, atau yang mengantar pembaca kembali kepada lead tulisan.
- Jarang sebuah tulisan langsung jadi sekali tulis. Endapkan dulu, kemudian edit belakangan.
Bagaimana menyusun feature dari hamparan data sehingga memiliki arti dan kisah?
Menurut Bagja Hidayat, cara paling mudah adalah memilahnya lewat adegan yang memiliki kronologi. Ini akan memudahkan penulis menyusun bahan dan membantu pembaca cepat menangkap maksud tulisan. Data dan fakta tiap adegan ditulis dalam alinea. Alinea-alinea dihubungkan dengan bridging.
Reportase dan wawancara perlu ditulis dalam narasi, agar tulisan tidak terkesan disusun berdasarkan asumsi. Misalnya kita membuat kesimpulan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh tujuh persen. Tampilkan kutipan menteri atau pihak terkait, sehingga kesimpulan itu dikuatkan dengan kutipan yang berisi penjelasan. Munculkan kutipan paling lambat pada alinea ketiga.
6 Tip Menulis Feature yang Bagus
Pertama, menulislah secara mengalir seperti menulis cerita pendek. Perhatikan alur tulisan dan unsur penyusunnya.
Kedua, menulislah seperti sedang menulis untuk orang dekatmu. Berbeda dengan menulis makalah yang berjarak antara peneliti dan khalayak, dalam feature jarak itu harus dikikis. Tujuannya agar pembaca merasa lebih dekat dan dilibatkan, juga agar tulisan tidak terkesan menggurui.
Ketiga, sekalipun kau sudah jago menulis, jangan pernah tidak membuat angle, fokus, dan outline. Angle akan sangat membantumu mengalirkan tulisan sehingga tidak bertele-tele, jelas, dan fokus. Outline akan membantumu memilah bahan dan menempatkannya pada alinea yang sesuai.
Keempat, gunakan kalimat aktif agar lebih bertenaga, mengurangi salah tafsir dan tersendatnya tulisan. Kalimat pasif sering membuat maksudmu menjadi tidak jelas. Namun, kalimat pasif tetap bisa digunakan jika kalimat tidak memiliki subjek.
Kelima, feature idealnya ditulis dengan bertutur, membuat narasi. Lengkapi narasi dengan kutipan agar lebih hidup. Kutipan harus menguatkan narasi dan menunjukkan bahwa yang dikatakan narasumber itu penting bagi bangunan narasi.
Keenam, mengutip Ernest Hemingway, “Show, do not tell.” Tunjukkan objek secara gamblang tetapi jangan gunakan kata sifat karena artinya akan sangat relatif. Jika subjek itu “cantik”, jangan tulis dia cantik, tapi tunjukkan: hitam rambutnya, bersih wajahnya, dan sebagainya.
Sumber: Dikutip dari “Laporan Pembelajaran Seri Lokakarya Komunikasi 2014” (Diselenggarakan oleh Koalisi Seni Indonesia dan Tempo Institute, didukung oleh Kementerian PPN/Bappenas, Australian Government, dan AustralianAid)