Bosan dengan rutinitas sehari-hari? Pengin jalan-jalan, tapi nggak punya banyak uang (dan cuti)? Ke Cirebon saja kalau begitu. Kota Udang di ujung timur Jawa Barat ini dapat dicapai dalam waktu 4 jam perjalanan kereta api dari Jakarta dan Bandung. Nggak usah cuti kalau cuma mau weekend getaway ke Cirebon, 2 hari sudah cukup buat mengeksplorasi tempat-tempat wisata utamanya dan bertualang kuliner!

Cirebon menyimpan obyek wisata menarik untuk kamu yang menyukai sejarah, arsitektur, budaya, dan kuliner. Nah, kamu yang ingin jalan-jalan ke Cirebon dalam 2 hari, panduan berikut ini bisa membantu. 🙂

Mulailah dari Stasiun Cirebon

Dengan menumpang kereta Ciremai Ekspres pagi, saya tiba di Stasiun Cirebon pukul 10.30. Stasiun Cirebon adalah salah satu stasiun dengan bangunan nan indah di Pulau Jawa.

2 Hari di Cirebon
Menara utama Stasiun Cirebon tampil cantik di malam hari (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Saran saya, jangan buru-buru pergi meninggalkan gedung stasiun bergaya art-deco dan art-noveau ini. Ambillah beberapa foto di peron, di dalam aula utama, dan dari depan bangunan stasiun.

2 Hari di Cirebon
Interior Stasiun Cirebon (disebut juga Stasiun Kejaksan untuk membedakan dengan Stasiun Prujakan) (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Nggak perlu cemas dengan masalah transportasi di Cirebon. Selain taksi dan angkutan kota (angkot) yang sudah lebih dulu ada, Cirebon juga sudah dilayani ojek online.

Menitipkan Tas di Hotel

Ada beberapa hotel ternama di Jalan Cipto Mangunkusumo. Saya menginap di salah satunya yang berbintang 2. Semalamnya sekitar Rp300.000/kamar untuk 2 orang, sudah termasuk sarapan. Di kawasan itu juga terdapat pusat perbelanjaan Cirebon Super Block (CSB), Grage Mall, dan tempat-tempat makan menarik. Jadi, saran saya, sebaiknya menginaplah juga di kawasan Jalan Cipto Mangunkusumo ini.

Waktu check-in biasanya pukul 14.00. Meski saat itu saya belum bisa check-in, juga nggak bisa membujuk staf hotel untuk mengizinkan check-in lebih awal, tapi saya diperbolehkan menitip tas lebih dulu di resepsionis.

Makan Siang dengan Nasi Jamblang

Ada beberapa pilihan Nasi Jamblang yang berada di kawasan Jalan Cipto Mangunkusumo, yaitu Nasi Jamblang Ibu Nur, Nasi Jamblang Mang Dul, dan Nasi Jamblang Ibad Otoy. Nasi Jamblang Ibu Nur adalah yang paling populer. Namun saat itu saya memilih Nasi Jamblang Ibad Otoy karena lokasinya yang sangat dekat dengan hotel, cukup dengan berjalan kaki.

2 Hari di Cirebon
Memilih lauk Nasi Jamblang, kuliner khas Cirebon (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Pada dasarnya, Nasi Jamblang adalah kuliner yang menyerupai nasi rames. Nasi dengan porsi kecil seperti sego kucing khas angkringan Yogyakarta, dibungkus daun jati, dan lauk pauknya tersedia secara prasmanan di atas meja saji. Untuk 2 bungkus nasi dengan lauk pauk secukupnya, harganya nggak sampai Rp20.000.

Mengunjungi Keraton Kasepuhan

Sebetulnya, ada 4 keraton yang ada di Cirebon: Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabonan. Akan tetapi, Kasepuhan adalah keraton yang terbesar, tercantik, dan paling dirawat. Tiket masuknya Rp15.000/orang, belum termasuk jasa pemandu wisata yang tampil etnik dengan blangkon dan beskap. Pemandu wisata ini juga merangkap sebagai juru foto, salah satu dari mereka akan segera datang menghampiri begitu melihat pengunjung baru di depan loket.

2 Hari di Cirebon
Spot foto “wajib” di Keraton Kasepuhan Cirebon (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Tiket masuk Keraton Kasepuhan itu juga belum termasuk tiket masuk ke Museum Pusaka dan ke sumur keramat. Tahu lukisan Prabu Siliwangi yang konon matanya bergerak mengikuti arah kita? Nah, lukisan itu ada dalam Museum Pusaka. Harga tiketnya Rp25.000 untuk masuk Museum Pusaka dan Rp10.000 untuk ke sumur keramat—belum termasuk sumbangan seikhlasnya kepada juru sumur. Banyak “belum termasuknya”, ya? 🙂 Ketika sudah menyelesaikan tugasnya, saya dan rekan-rekan memberikan tip Rp50.000 kepada pemandu wisata.

Menikmati Malam di Alun-Alun

Usai check-in, mandi, dan beristirahat, kamu bisa menikmati malam minggu bersama Wong Cherbon di alun-alun Cirebon. Alun-alun ini terletak berdampingan dengan Masjid Raya At-Taqwa yang memiliki desain arsitektur modern. Seperti alun-alun di kota lainnya, Alun-Alun Cirebon juga menjadi pusat keramaian yang dipadati warga segala usia. Selain itu, di sekeliling alun-alun juga banyak terdapat warung makan dan jajanan.

Empal gentong
Belum sah ke Cirebon kalau belum makan Empal Gentong (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Sebelum nongkrong di alun-alun, saya dan teman-teman lebih dulu makan malam di Warung Empal Gentong Mang Darma. Lokasinya ada di persimpangan jalan, persis di seberang Grage Mall. Seporsi Empal Gentong dengan nasi dan es teh manis harganya Rp30.000.

Empal asem
Empal Asem, salah satu kuliner khas Cirebon (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Ada juga empal asem, mirip empal gentong tapi kuahnya bening. Atau mau mencoba doclang?

Doclang Cirebon
Doclang Cirebon. Beda, ya, dengan doclang Bogor… (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Menjelajah Kota Lama Cirebon

Seperti halnya Bandung, Jakarta, atau Semarang, Cirebon juga menyimpan banyak peninggalan kolonial berupa bangunan-bangunan lawas bergaya art-deco. Bangunan-bangunan cantik ini terkonsentrasi di sepanjang Jalan Yos Sudarso, pelabuhan, sampai Jalan Pasuketan. Beberapa di antaranya adalah Gereja Katolik Santo Yusuf, Gereja Kristen Pasundan Cirebon, Bank Indonesia, Bank Mandiri, Kantor Pos Cirebon, dan Gedung Tjipta Niaga.

Kawasan ini dapat kamu kunjungi keesokan paginya pada hari Minggu usai mandi dan sarapan di penginapan. Kamu yang beragama Kristen atau Katolik bisa sekalian beribadah hari Minggu di sini, sekali dayung dua pulau terlampaui.

Gereja Katolik Santo Yusuf, Cirebon
Gereja Katolik Santo Yusuf, Cirebon (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Ada beberapa klenteng atau vihara di sekitar Jalan Pasuketan yang dapat kamu hampiri jika tertarik, seperti: Vihara Dewi Welas Asih (Klenteng Tiao Kak Sie, di persimpangan Jl. Pasuketan dan Jl. Kantor), Klenteng Talang (di Jalan Talang), lalu akhiri di Vihara Pemancar Keselamatan (Klenteng Boen San Tong) di Jalan Winaon. Selain itu, kalau menyusuri Jalan Pasuketan ini, gedung British American Tobacco (BAT) akan menjadi salah satu obyek paling menonjol.

Gedung British Tobacco Association, Cirebon (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Jelang tengah hari, kembalilah ke hotel untuk berkemas dan check-out, tapi jangan dulu langsung pergi dengan seluruh tas bawaan. Sama seperti check-in kemarin, kamu bisa menitipkannya lebih dulu di resepsionis.

Berbelanja di Sentra Batik Trusmi

Setelah check-out dan menitipkan tas di hotel, saya dan rekan-rekan mampir makan siang dulu di Warung Nasi Lengko di seberang Grage Mall. Karena nggak terlalu suka dengan Nasi Lengko (dan juga sudah ada banyak Nasi Lengko di Bandung), saya memesan seporsi sate kambing dengan nasi dan es teh manis. Harganya Rp40.000.

Sate Cirebon
Menyantap sate di Cirebon (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Opsi lainnya, kamu bisa makan siang di Empal Gentong H. Apud atau Empal Gentong Amarta yang sama-sama kondangnya. Lokasinya bersebelahan di Jalan Ir. H. Djuanda (daerah Tengah Tani), dalam perjalanan menuju Sentra Batik Trusmi.

Sentra Batik Trusmi Cirebon
Batik Trusmi, sentra oleh-oleh di Cirebon (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Batik Trusmi ini ibarat Mirota Batik kalau di Yogyakarta. Ia menjadi tempat penjualan batik terbesar dan terpopuler, tapi bukan satu-satunya. Jadi, kalau sekiranya nggak ada baju yang cocok di Batik Trusmi, atau penasaran dengan toko-toko batik yang lain, kamu bisa melipir ke toko-toko di sebelahnya.

Berbelanja oleh-oleh di Batik Trusmi Cirebon
Berbelanja oleh-oleh di Batik Trusmi, Cirebon (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Koleksi BT lengkap banget! Dari batik tulis sampai batik cetak. Dari kemeja, rok, celana, gaun, sampai kaos oblong dan kaos sleeveless juga ada. Harganya mulai Rp30.000 sampai ratusan ribu rupiah. Kalau ingin membelikan oleh-oleh untuk keluarga atau rekan tapi nggak yakin dengan ukuran bajunya, kamu bisa membeli kain batik seharga mulai dari Rp45.000,00 untuk nanti bisa dikreasikan sendiri.

Selain batik, pengunjung juga dapat membeli suvenir lainnya seperti wayang dan replika kendaraan di Batik Trusmi, juga oleh-oleh makanan.

Taman Sari Gua Sunyaragi

Kalau Jogja punya Taman Sari, maka Cirebon punya Gua Sunyaragi. Tempat wisata yang unik ini merupakan sebuah kompleks candi (atau gua) yang tersusun dari batu-batu karang. Tiket masuknya hanya Rp10.000. Saya dan teman-teman sebetulnya nggak terlalu lama di sini, tapi karena tempatnya instagramable, di tempat inilah kami memiliki foto paling banyak.

Gua Sunyaragi
Gua Sunyaragi, taman sari-nya Cirebon (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Gua Sunyaragi tutup pada pukul 17.30. Jadi, setelah puas berfoto dan menikmati sunset, segeralah beranjak menuju Seafood H. Moel di Jalan Cipto Mangunkusumo untuk makan malam.

artifisial sunyaragi
Spot foto artifisial Gua Sunyaragi yang tampaknya kurang menyatu dengan obyek wisatanya (Foto: Matius Teguh Nugroho)

Nah, ternyata 2 hari pun cukup untuk menjelajah tempat-tempat wisata yang ada di Cirebon. Untuk agenda pada hari Sabtu malam, kalau nggak tertarik jalan-jalan di alun-alun, kamu juga bisa makan malam di Kelapa Manis sambil menikmati pemandangan lampu-lampu kota Cirebon dari ketinggian. Renjal di kota tua juga bisa kamu abaikan kalau nggak terlalu suka arsitektur atau sejarah, dan langsung berbelanja ke Batik Trusmi dari pagi jelang siang.

Kamu dapat pulang kembali ke Bandung atau Jakarta dengan kereta api Ciremai Ekspres yang berangkat pukul 21.00. Selamat menjelajah Cirebon 🙂

Leave A Reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini