Rasanya kita semua akan setuju bahwa Derawan itu merupakan kepulauan yang sangat indah dan pantas masuk bucket list traveling. Apalagi kita hidup di zaman kala aplikasi editor foto semakin mudah diakses, membuat siapa pun dapat memperbaiki cacat dalam sebuah potret secara sempurna. Makin perfect, deh, citra Derawan. Coba saja kalian ketik #derawan di kolom pencarian instagram.
Dengan segambreng pesonanya, terlalu kompleks rasanya jika membahas keindahan Pulau ini secara utuh sekaligus. Jadi kali ini saya ceritakan spesifik satu saja kegiatan menarik yang masih cukup jarang dilakukan para wisatawan, agar kalian yang punya rencana berlibur ke sana tidak melupakan destinasi ini dalam renjal (itinerary) kalian.
Tempatnya memang masih tergolong baru, dan banyak juga wisatawan yang nggak berani ngelakuin kegiatan ini.
Daripada penasaran, yuk, here we go…

Deuh, monmaap atas pengambilan angle yang asal-asalan…
Si Derawan itu cantiknya emang nggak tanggung-tanggung, tapi honestly waktu itu saya awalnya berangkat ke Derawan bukan karena kecantikannya, melainkan excited dengan penawaran renang bareng whale shark di laut Talisayan—kan, lumayan buat pencitraan. yhaaa~ dasar TUkangTIpu!
Yabegitulah, whale shark itu satu-satunya “motor” yang menggerakkan saya ke sana, but unfortunately cuaca buruk yang tentu saja di luar prediksi manusia biasa memaksa saya untuk mengikhlaskan pertemuan dengan hiu berparas polkadot itu. Ikhlas, sih, tapii…
Ya abis gimana, dong, jalan ke Whale Shark Point-nya saja effort banget, mesti menerjang ombak supertinggi. Sampai akhirnya perjalanan dilanjutkan ke sebuah pulau yang menurut-saya-pribadi bisa disebut antah berantah. Dermaga kecil. Tebing karang. Semak belukar. Akses jalan setapak. Hutan barangkali, ya, tapi nggak rimba-rimba amat, sih. Sebenarnya ini Pulau Maratua, salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Malaysia. Di pulau inilah gua yang ditemukan oleh Pak Haji Mangku ini berada.
Dua Jalur Menuju Gua Haji Mangku
Terdapat dua pilihan jalur menuju Gua Haji Mangku. Pertama, lewat Desa Payung-Payung dengan berjalan kaki selama 7 jam. Kedua, via pantai dengan sedikit trekking. Sudah tentu pilihan kedua yang kami ambil. Yakalii pasukan yang ke-indomaret-depan-komplek-aja-naik-motor mau jalan kaki 7 jam.

Lokasi gua ini tak begitu jauh dari bibir pantai. Jalur trekking-nya nggak begitu panjang, jalan kaki kurang dari sepuluh menitan, tapi bebatuan karangnya cukup membahayakan telapak karena tajam. Sebaiknya gunakan sandal trekking agar lebih aman dan nyaman.
Air Sebiru Permata
Melihat gua digenangi air berwarna biru permata, wajah saya langsung terperangah. Baru kali ini saya mendapati filter instagram tidak pada layar smartphone. Ternyata filter instagram itu nyata?! Atau ini semua hanya mimpi?1!1!
Inhale…, exhale… Duduk dulu… Minum dulu…, inhale-exhale lagi~ Oke. Ini nyata. Lanjut…
Kekecewaan perihal batalnya pertemuan saya dengan si whale shark seketika hilang begitu saja. Edun, mujarab banget ini gua. Perasaan saya langsung berubah jadi pengin lompat indah.

Waktu tour leader kami mencontohkan cara melompat yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan nomor rumahnya, respons kami bermacam-macam. Ada yang langsung bertelanjang dada, ada yang nyengir-nyengir kuda, ada yang mojok di bibir gua dorong-dorongan sambil bilang “elu dulu, elu dulu”. Saya sendiri malah merhatiin satu cewek lenjeh yang maju paling depan, pengin lompat tapi lama bener sambil bilang ke pacarnya, “Aku takut, honey, temenin…”

Kalo mau nyepik nggak gitu-gitu amat kali, Mbaak… ?
Jalan Lain Masuk Gua
Well, sebenarnya untuk masuk ke dalam gua ini nggak harus melompat, sih. Ada satu jalan lagi yang juga merupakan pintu keluar buat teman-teman yang berani jumping itu tadi. Padahal ketinggiannya cuma 5–8 meteran saja tapi bagi yang takut ketinggian, ya, jumping sama saja menyerahkan nyawa kepada yang Mahakuasa namanya.
Jadi alternatifnya lewat pintu keluar itu. Sedikit menuruni tebing karang gitu, deh, aksesnya.

Saya sendiri buat jumping masih ragu-ragu kucing. Tapi, ya

Lagi-lagi for the sake of instagram alasan terkuatnya. Hih, sungguh prinsip hidup yang sia-sia~
Kebanyakan omong, ah! Yuk, lah, lompat dulu.
(Video: Annisa Islamiasih)
Ternyata lompatnya sebentar banget, tak sampai sedetik rasanya. Yang lama berdoanya. Begitu kulit saya menyentuh air biru itu dan berenang menuju permukaan, … OH TUHAN, SEGER AMAT!
GILAGI-LAGI-LAGILA
Bikin Ketagihan
Sensasinya nagih. Asli…
Jernihnya air ditambah sinar matahari yang menyusup lewat rindangnya pepohonan bikin kedalaman airnya terlihat jelas, semakin dalam semakin gelap. Tidak ada yang tahu pasti kedalamannya seberapa, ada yang bilang tak terhingga sepanjang masa kayak kasih ibu. Coba putar video di atas dan perhatikan bagian akhirnya sebagai gambarannya.
Level kesegaran air payau ini nggak usah ditanya lagi. Letaknya di tengah hutan begitu, ya, pasti sejuk sekaleee.
Bukan cuma saya yang ketagihan, teman-teman yang lain juga mendapat kesan yang sama. Gemetaran di awal itu manusiawi, apalagi buat yang belum pernah cliff jumping. Akan tetapi percayalah kepada Tuhan dan life vest yang kamu kenakan, niscaya bakal ketagihan. hahaha hahaha hahaha